Sunday 3 May 2015

Cerpen Bobo Popo yang Gemar Makan

Bobo no.39, terbit 1 Januari 2015




POPO YANG GEMAR MAKAN
*FiFadila*


Penduduk kota Cuongkok hidup dalam kegelapan. Tanah gersang. Hasil panen mereka seringkali habis diambil pencuri. Hanya hutan bambu yang tumbuh teramat rimbun di pinggir kota. Sampai-sampai sinar matahari susah masuk kota karena terhalang rerimbunan daun bambu. Penduduk kota pun tak berani membabat hutan bambu. Menurut kepercayaan masyarakat Cina hutan bambu tidak boleh ditebang.
Suatu hari salah seorang penduduk menemukan seekor bayi panda. Bagi rakyat Cina, panda adalah lambang keseimbangan alam dan kesejahteraan. Untuk itu mereka merawat bayi panda dengan baik di hutan bambu. Panda itu mereka beri nama Popo.

Popo pun tumbuh sebagai binatang yang cepat besar. Saat berusia satu tahun, berat Popo mencapai 50 kilo atau seberat dua karung beras. Tidak ada yang heran, karena memang Popo suka sekali makan. Tunas bambu muda, daun, sampai batang bisa dia habiskan. Bisa dibilang kerja Popo sehari-hari adalah makan dan mengunyah.
“Duh, duh, si panda rakus amat. Sudah gendut. Makan nggak pernah berhenti.” terdengar bisik-bisik tikus di antara rerimbunan pohon bambu.

Popo Panda sedang asyik mengunyah batang bambu di hutan bambu. Dia tidak memedulikan bisik-bisik itu. Karena makan adalah pekerjaannya. Dalam sehari dia bisa menghabiskan banyak batang bambu. Hutan bambu yang terlalu lebat kini terlihat terang. Matahari pun jadi rajin menyinari kota..

“Tuh, lihat si panda rakus tidak tahu malu. Sudah dipelihara penduduk desa, makan terus kerjanya.”
Masih terdengar bisikan tikus. Popo pun masih terus mengunyah daun bambu kesukaannya. Namun, kali ini kunyahannya semakin pelan. Ada sesuatu yang mengusiknya.

“Hei, Panda. Tahu nggak, penduduk desa di sana sedang kekurangan makanan. Bahan makanan mereka sering dicuri. Kamu malah makan terus kerjanya. Puasa makan nggak bisa?” seekor tikus besar muncul di hadapan Popo.

Popo tersedak karena kaget. Ia menangis mendengar ejekan tikus-tikus. Sejak saat itu dia memilih untuk puasa makan. Alhasil, Popo sering pingsan dan sakit-sakitan.

Tetua kota yang selalu mengawasi dan merawat Popo jadi khawatir. Penduduk kota pun jadi panik. Popo yang jatuh sakit membuat mereka tak tenang.

“Bagaimana ini? Apa yang akan terjadi dengan desa kita? Sejak memelihara Popo, desa kita aman dari gangguan pencuri makanan. Sekarang pencuri-pencuri makanan itu datang lagi. Kota menjadi tak aman,” lapor penduduk desa saat rapat bersama.

“Sepertinya desa kita berada dalam masalah. Jika Popo sampai mati, desa kita akan sial tujuh turunan,” kata penduduk desa lain.

“Jangan-jangan ada sesuatu di hutan bambu yang bikin Popo tak mau makan. Kita harus menyelidikinya malam ini di sekitar hutan bambu.” Tetua kota mengumumkan kecurigaannya.

Popo termenung di ranjang sakit. Yang bikin dia sakit adalah ejekan tikus-tikus di hutan bambu. Jangan-jangan mereka mengejek dirinya karena memang ada maksud buruk. Popo mulai melihat hubungan itu. Jika dia tak makan seminggu, hutan bambu berubah sangat rimbun.

Popo menangkap maksud buruk tikus. Tentunya rerimbunan bambu adalah tempat favorit tikus-tikus untuk sembunyi saat mau mencuri makanan penduduk. Buktinya, saat dia sakit, rumah-rumah penduduk malah banyak kecurian. Saat dia membersihkan hutan bambu, tikus-tikus tak berani mendekati kota karena takut ketahuan wujudnya. Penduduk pun belum pernah melihat pencuri rumah-rumah penduduk. Jadinya mereka bingung mengusir pencuri-pencuri yang tak terlihat jejak ataupun tempat keluarnya.

Popo tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tak mau dibohongi lagi oleh tikus-tikus licik. Dia bergegas ke hutan bambu dan mengunyah makanan yang ada. Biar saja si tikus bandel tidak kebagian tempat sembunyi. Bila penduduk menggeledah hutan bambu, maka para tikus pencuri pasti mudah tertangkap.

Benar dugaannya, malam hari gerombolan tikus datang. Karena tak ada tempat sembunyi, kelebatan mereka terlihat jelas di bawah sinar bulan. Para penduduk yang sigap segera menangkap dan memukul gerombolan tikus pencuri satu per satu. Penduduk Cuongkok bersuka ria karena berhasil menangkap gerombolan tikus pencuri besar-besaran. Sejak saat itu tak ada seekor pun tikus berani mendekati rumah penduduk selama Popo masih gemar makan.

Tikus-tikus yang berhasil selamat, kesal pada Popo. Mereka terus saja mengejek Popo yang gendut dan gemar makan. Berharap Popo jatuh sakit lagi. Namun ejekan tikus-tikus itu sia-sia.

No comments: