Wednesday 22 May 2013

MEMATAHKKAN MITOS DENGAN CERITA DETEKTIF


JUDUL BUKU    : MISTERI BUNGA MATAHARI
PENGARANG    : ERNA FITRINI
PENERBIT          : DAR! MIZAN
TAHUN TERBIT : MARET 2013
TEBAL                 : 140 HLMN


Misteri Bunga Matahari adalah novel detektif anak. Ceritanya tentang persiapan Afief dan Giana mengikuti pameran dan lomba tembikar. Ada hal aneh yang membuat sifat curigaan Giana terusik. Motif bunga matahari dalam buku tembikar Afief tidak pernah sukses digambar dan selalu berakhir dengan pensil patah. Seakan-akan ada hal mistis dalam gambar itu. Selain itu, Bre, tetangga baru Afief sangat misterius. Yang lebih aneh, buku tentang tembikar milik Afief menghilang menjelang lomba. Tentu saja Afief bingung apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi lomba.

Kesan membaca bab awal novel ini seperti membaca misteri Goosebumps atau Fear Street. Jika dirunut hingga akhir, ini adalah cerita detektif. Laiknya novel detektif, buku ini mengajak pembaca jeli membaca kasus, mengikuti pengintaian, mengumpulkan bukti-bukti, menyimpulkan petunjuk dan memecahkan kasus. Kalau diteliti alurnya, penulis tidak sepenuhnya mengikuti kaidah penulisan cerita detektif kebanyakan.

Dalam kisah-kisah detektif pada umumnya, pada bab pertama tokoh utama langsung bertabrakan dengan kasus. Kejadian itu akan mengarahkan tokoh utama pada kecurigaan dan penetapan tersangka. Dalam Misteri Bunga Matahari, teori itu dimundurkan. Kasus baru muncul di bab kelima. Afief mengalami kasus kehilangan barang-barang. Beberapa hari kemudian barang itu akan muncul di tempat lain. Lambatnya kemunculan kasus utama rawan menimbulkan tanda tanya pembaca: sebenarnya ini cerita detektif atau cerita mistis?

Meski pemunculan kasus utama baru terjadi di bab lima, hal itu tidak menyebabkan alur cerita berjalan lambat. Sejak awal pembaca sudah disuguhi rangkaian peristiwa yang membangun rasa penasaran pembaca. Misteri tersebut merupakan petunjuk-petunjuk yang akan terjawab di akhir cerita. Misteri pertama adalah motif bunga matahari yang susah digambar. Misteri kedua adalah tetangga baru bernama Bre, yang tidak tertarik membuat gerabah tetapi tahu banyak tentang gerabah. Misteri ketiga tentang pengintaian terhadap Bre yang berujung kecelakaan Giana. Misteri keempat adalah foto yang dilihat Giana saat di rumah sakit.

Pakem lain yang berani digeser novel ini adalah pengintaian. Biasanya, tindakan pengintaian untuk mencari bukti kuat keterlibatan tersangka, dilakukan di tengah cerita atau mendekati akhir cerita. Dalam novel ini, pengintaian dilakukan sebelum kasus terjadi. Giana baru pertama kali bertemu tokoh misterius dan memutuskan menyelidikinya karena satu keanehan. Idenya menarik, tapi alasan pengintaian perlu diperkuat lagi. Sehingga tidak sampai terbetik kesan penulis tergesa memunculkan tokoh misterius karena tokoh itu harus diadakan.

Tujuan pengintaian dini tersebut untuk menanamkan doktrin bahwa tokoh misterius itu perlu dicurigai sejak awal. Dan upaya memunculkan tokoh misterius seperti ini cukup berhasil membuat pembaca terfokus hanya pada satu tersangka. Saat kasus mencuat, pembaca tanpa ragu langsung mencurigai tokoh yang dimaksud. Di sini penulis cukup konsisten membangun kecurigaan dan mengarahkan petunjuk penyelidikan pada tokoh misterius. Memunculkan tokoh misterius yang dilakukan penulis mengingatkan pada cara Dan Brown atau JK Rowling mengecoh pembaca. Membangun karakter mencurigakan di sepanjang cerita. Saat tiba di akhir penyelidikan, membalik semua kecurigaan pada karakter yang tidak pernah sekalipun diwaspadai.

Ciri khas novel detektif adalah membuat pembaca penasaran, sekaligus menebak-nebak pelaku kejahatan. Penulis novel ini cukup taktis menyelipkan dan menebar petunjuk. Baik petunjuk jebakan yang mengarahkan pada tersangka bayangan. Maupun petunjuk-petunjuk kunci yang mengarahkan pada pelaku sebenarnya. Petunjuk kunci pertama adalah motif bunga matahari yang selalu membuat alat gambarnya patah. Petunjuk kunci kedua yaitu cara jalan dan gaya berpakaian pekerja di bengkel tembikar.

Keberhasilan novel detektif terletak pada ending cerita. Saat pembaca menemukan rasa penasaran mereka terjawab dalam satu kejadian tak disangka. Pembaca akan gemas menyusun kembali petunjuk-petunjuk yang terlewatkan dan memasang semua puzzle dengan puas. Misteri Bunga Matahari menutup segala misteri dengan baik: siapa pelaku sebenarnya, mengapa Bre paham segala sesuatu tentang tembikar, dan mengapa cetakan motif bunga matahari membuat pensil selalu patah. Di sinilah pesan moral tersampaikan dengan halus: selalu ada penjelasan di balik mitos dan takhyul.

Novel anak ini dilengkapi dengan ilustrasi hitam putih. Bagus untuk membangkitkan ketertarikan baca novel bagi pembaca SD yang masih tergantung pada media visual. Yang mengecoh adalah ilustrasi covernya, terkesan serem. Padahal cerita ini tidak ada hubungannya dengan perburuan di hutan angker. Atau perkelahian menjinakkan manusia serigala. Jangan takut untuk mengintip isi bukunya. Seting ceritanya tidak jauh-jauh dari bengkel tembikar, perumahan dan jalan raya. Selain itu cerita ini mengenalkan proses pembuatan tembikar sebagai keterampilan yang unik.

Untuk melengkapi ulasan buku ini, kukulik sedikit tentang penulisnya. Erna Fitrini menggeluti dunia tulis menulis sejak SMP. Cerpen dan novelnya bertebaran di majalah anak dan nangkring di toko buku. Jadinya dia paham bagaimana mengolah novel detektif yang mudah dicerna oleh anak-anak sampai titik akhir cerita. Selamat menikmati puzzle peristiwa dalam novel detektif terbarunya. (*)





Resensi ini diikutkan dalam pesta resensi Komunitas Penulis Bacaan Anak Mei 2013 
Semoga Forum PBA terus berkembang dalam memajukan dunia literasi anak Indonesia.



Baca juga cerpen dan dongeng ini:



No comments: